Bantuan

Pagi ini Chan merasa tidak baik-baik saja, kepalanya bahkan lebih sakit daripada tadi malam. Cahaya ponsel makin memperparah denyut di kepalanya. Rasanya kepalanya ingin pecah saat itu juga.

Chan meraba-raba nakas di samping ranjangnya. Mencari sesuatu yang mungkin bisa meredakan pusing di kepalanya. Ia meraih botol air di atas nakas. Dengan susah payah Chan bangkit dan meminum air mineral itu.

“Ya Tuhan, maaf kalau Chan ada salah. Maaf kalau Chan punya dosa banyak. Ini sakit banget.“ujar Chan lirih.

Tok tok!!

Suara ketukan pintu membuat Chan menoleh. Ia beranjak dengan perlahan, mencoba untuk tidak bergerak spontan. Kemudian berjalan dengan gontai kearah pintu. Dengan perlahan Ia membuka pintu kayu berwarna putih itu.

“Chan!”

“Ack!!“Chan kehilangan keseimbangannya saat orang didepannya tiba-tiba memanggilnya. Kepalanya langsung berdenyut keras, rasanya seperti dihantam baru dengan kuat.

“M – maaf maaf, gua lupa lo sakit. Sini gua bantuin.“ujar Wooyoung seraya menahan tubuh kecil Chan yang hendak oleng.

Wooyoung memapah Chan kembali ke kasurnya. Dengan hati-hati Ia membaringkan Chan. Setelahnya Wooyoung menutup pintu dan duduk di samping Chan.

“Sorry ya Chan, tadi lo di alfa sama guru bk. Soalnya suratnya tulisan lo sendiri. Padahal guru bknya tau anjir lo anak kos.“ujar Wooyoung terlihat menyesal.

“Iya gapapa, tapi kok Kamu kesini?bukannya masih pagi?“tanya Chan.

“Gua bolos hehe...“ujar Wooyoung tanpa rasa bersalah.

“Yaampun Woo, jangan kaya gitu. Mendingan kamu balik ke sekolah sekarang.“ujar Chan.

“Males Chan. Sekelas pada ghibahin lo, semuanya ngejelek-jelekin lo. Apalagi tadi Yeonjun berangkat tumbenannya.“ujar Wooyoung disertai raut sedih.

“Kan yang dijelek-jelekin aku Wooyoung, bukan kamu.“ujar Chan.

“Sama aja! Sakit hati aja kalo sahabat gua digituin. Apalagi ghibahin mereka sama sekali gak ada yang real dilakuin sama lo. Semuanya fitnahan doang.“ujar Wooyoung.

“Yaudah gapapa, biarin aja oke?“Wooyoung hanya mengangguk pelan.

“Oh ya, lo pasti belum makan kan?nih gua bawain bubur ayam sama teh anget. Dimakan dulu, gua juga sempet beliin obat tadi.“ujar Wooyoung.

“Makasih ya Woo, malah ngerepotin.“ujar Wooyoung.

“Mana ada, yang ada gua yang selalu ngerepotin lo. Jadi sekarang gantian, ayo dimakan dulu keburu dingin.“Chan mengangguk dan perlahan bangkit duduk.

Wooyoung membukakan wadah styrofoam itu. Dengan telaten Ia menyuapi Chan layaknya anaknya sendiri.

“Woo udahan, udah kenyang.“tolak Chan saat Wooyoung hendak menyuapi nya lagi.

“Chan ini masih banyak. Ayo dong, jangan gini. Masa gamau sembuh?ini porsi kecil tadi aku belinya. Dihabisin ya?please.“pinta Wooyoung. Chan merasa kasihan dengan Wooyoung, temannya itu rela bolos demi mengurusnya.

Chan

mau tak mau membuka lagi mulutnya. Menghasilkan raut gembira dari Wooyoung. Tak terasa kini bubur itu sudah habis masuk ke perut Chan. Wooyoung membukakan obat sakit kepala itu dan memberikannya pada Chan. Tak lupa Ia juga memberikan sebotol air mineral.

“Terus istirahat ya?gua temenin.“Chan hanya mengangguk, toh jika Ia meminta Wooyoung kembali, anak itu pasti tetap disana.

Chan mulai membaringkan tubuhnya. Entah karena lelah, kenyang, atau efek obat. Chan tertidur dengan mudah. Meninggalkan Wooyoung yang menatapnya dengan tatapan sedih.

“Cepet sembuh ya. Jangan capek berjuang, lo berharga kok. Lo aja bisa bikin gua yang katanya sempurna ini insecure. Lo berharga bagi gua Chan.“ujar Wooyoung.

.

Read more...